Imparo.net

Sosialisasi dan Pelatihan Batik Ecoprint Bersama Ibu POKJA Desa Junrejo

Batik adalah contoh karya seni rupa tradisional Indonesia yang menggunakan Teknik pewarnaan khusus dengan lilin pada kain. Batik memiliki berbagai jenis dan motifnya, seperti batik tulis, batik cap, batik cetak. Sedangkan untuk motif nya ada megamendung, motif parang, motif kaung, dan lain-lain. Lalu, Ecoprint merupakan teknik cetak menggunakan bahan alami atau ramah lingkungan yang bisa digunakan pada banyak media (25/02/2024).

Pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan batik ecoprint ini, kami membutuhkan waktu 1 minggu, kurang lebihnya agar acara berjalan dengan lancar. Kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) ini adalah untuk mengaplikasikan Hilirisasi hasil Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Dalam kegiatan pertama, pencarian narasumber yang cocok dilakukan. Dari berbagai narasumber yang dicari, narasumber yang cocok ditemui, yaitu Ibu Sofi dari Kembang Tanjung. Setelah diskusi lewat pesan WhatsApp, beliau dihubungi untuk membahas pelatihan lebih lanjut. Saat pertemuan, kain rayon sebagai salah satu bahan yang akan digunakan telah dibawa. Melalui diskusi yang panjang, keputusan diambil untuk menyelenggarakan pelatihan pada Minggu, 04 Februari 2024, di Balai RW Wastu Asri, Desa Junrejo.

Kain rayon yang  tersedia berjumlah 20, diproses terlebih dahulu oleh ibu Sofi. Ibu Sofi mengatakan “Kain ini belum bisa langsung dipakai untuk batik ecoprint, harus diproses dulu. Prosesnya ada scouring dan mordan, dan prosesnya adalah 3 hari sebelum kain bisa digunakan untuk batik ecoprint,” ujarnya. Lalu, jika sudah melewati proses tersebut, maka akan dipastikan bahwa batik ecoprint nya pasti berhasil. Karena jika tidak dilakukan proses scouring dan mordan, daun tidak akan keluar warna dan bentuknya.

Selain proses kain, berbagai bahan lainnya perlu disiapkan. Misalnya, plastic laundry digunakan sebagai alas kain saat proses membatik nantinya. Kain yang digunakan berukuran 50 x 60, sehingga dibutuhkan plastik laundry sepanjang 70 cm. Plastik ini diperlukan dalam jumlah 2 lembar, satu untuk alas dan satunya lagi untuk menutup kain setelah selesai proses pembatikan. Lakban bening juga diperlukan untuk menutup kain. Selain itu, yang tak kalah penting adalah daun yang akan digunakan. Tidak semua daun dapat digunakan untuk proses ecoprint, karena beberapa di antaranya tidak menampilkan bentuk atau warna yang diinginkan.

Setelah persiapan selesai, sosialisasi dan pelatihan ini dilaksanakan bersama oleh 20 ibu-ibu pokja dengan narasumber Ibu Sofi dari Kembang Tanjung. Pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan memakan waktu sekitar 4-5 jam, mengingat adanya proses pengukusan hasil batik ecoprint. Langkah pertama adalah membasahi lantai, kemudian meletakkan plastik laundry di atasnya dan menyebar kain.

Tata daun-daun yang mau digunakan. Dalam pelatihan ini Mahasiswa PMM UMM menyiapkan beberapa daun, yaitu daun paitan, daun ungu, daun jarak, daun ketul, daun cery, kenikir, daun cemara, serta bunga kuning. Setelah daun ditata diatas kain. Kain dilipat untuk menutupi daun yang sudah ditata tersebut. Kemudian kain diinjak secara perlahan dan rata untuk memberi tekanan pada daun, agar mengeluarkan warnanya. Daun akan terlihat menojol, bukti bahwa daun sudah tercetak.

Proses selanjutnya adalah ditutup dengan kain laundry dan digulung kecil sampai tidak ada kain yang diluar. Setelah dipastikan tergulung dengan rapi, perlu disolasi dengan lakban besar bening diseluruh permukaan palstik laundry tersebut. Tindakan ini dilakukan agar warna dari daun tidak meleber keluar. Karena nantinya akan kena kukusan. Kemudian kain yang sudah digulung itu akan di kukus di dalam panic besar selama 2 jam. Dalam waktu 2 jam itu hasil dari batik ecoprint baru bisa jadi dan mengeluarkan hasil indahnya. Seelah pengukusan pun, diperlukan pengeringan, dalam pengeringan ini dilarang untuk di hanger. Karena dapat menyebabkan bekas di kain.

Penulis: Aisyah Salsabilla Fidela (PMM Kel 100 Gel 5 tahun 2024)

Editor: Abdul Khair

Terbaru

Terpopuler

  • donasi-imparo