Kelompok mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) turun tangan mengangkat UMKM Jamu tradisional milik Ibu Kar. Dengan strategi digital yang canggih, mereka berhasil mengubah wajah bisnis lokal ini.
Pada PMM kelompok 103 ini terdiri dari 5 anggota yaitu Muhamad Fiko Ferdiansah Sebagai Koordinator, Nanda Aliyah (Humas), Ahmad Muhaimin Usman (Sekretaris), Muchammad Rafli Ayang Suyanto Sebagai (Bendahara), Desya Ardelia Putri Erfianto Sebagai (PDD).
Kelompok 103 gelombang 5 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melaksanakan progam pengabdian oleh mahasiswa (PMM) di Desa Singogalih Kec Tarik Kab. Sidoarjo. Kegiatan pendampingan ini merupakan kegiatan di bawah naungan Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Universitas Muhammadiyah Malang. Dosen Pembimbing (DPL) kita yaitu, Bapak Setyo Wahyu Sulistyono, SE.ME.
Kelompok 103 berkunjung ke salah satu UMKM yang ada di Desa Singogalih yaitu Jamu. Melalui kegiatan ini kelompok 103 juga belajar mengenai cara pembuatan minuman tradisional yang di produksi oleh Ibu Kar Belajar menjadi pengusaha remaja adalah sebuah program yang mengajarkan para remaja untuk menjadi pembisnis muda.
Ibu Kar memulai produksi UMKM minuman ini dari tahun 2018 dikarenakan tuntutan ekonomi keluarga yang setiap tahun mengalami peningkatan inflasi. Awal memulai UMKM ini juga tidak lansung mempunyai banyak pelanggan, ibu kar memulai menjual jamu ini biasanya dengan datang di acara acara tertentu seperti arisan PKK rutin di desa dan dititipkan di beberapa toko agar jamu ini banyak dikenal oleh Masyarakat.
Kami di rumah Bu Kar, belajar membuat jamu kunyit asem dengan didampingi oleh Bu Kar sendiri. Proses pembuatan jamu sendiri tergolong sangat mudah. Selama proses pembuatan jamu, Bu Kar dibantu oleh anaknya. Jamu yang dijual Bu Kar memiliki nama “Djamu De Kar”. Produk yang dijual juga banyak varian, antara lain Kunyit Asem, Beras Kencur, Sirih dll.
“Saya berharap kegiatan pengembangan UMKM jamu ini akan semakin maju dan lebih dikenal masyarakat,” harap bu Kar.
Kemudian, kelompok 103 juga mengajari pembuat minuman tradisonal ini memanfaatkan teknologi seperti hp utuk membuat logo jamu ataupun stiker untuk botol jamu agar lebih menarik dan mengikuti perkembangan di era digitalisasi saat ini. Tidak hanya itu, kita juga mengusulkan agar mempromosikan jamu tersebut secara online atau lewat sosial media.
Dengan adanya pengembangan logo, dapat menarik perhatian konsumen dan Logo sering kali mencerminkan nilai, misi, dan identitas suatu produk. Desain dan elemen dalam logo dapat mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan oleh merek kepada konsumen.
Bu kar mengungkapkan bahwa “Jaman sekarang teknologi sudah modern tetapi saya sudah gaptek, saya sangat berterimakasih kepada anak ank sekalian turut membantu untuk mengembangkan produk ini agar lebih baik dan modern lagi,” ucap beliau.
Kemasan yang digunakan oleh Bu Kar menggunakan kemasan botol yang baru dan bersegel. Bukan menggunakan botol bekas. Kemasan untuk produk juga bervariasi, mulai dari 250ml, 500ml, dan 1 liter.
Dengan diberikannya kesempatan oleh Bu Kar selaku pemilik UMKM ini di Desa Singogalih, kami memaksimalkan program pelatihan desain logo dan kemasan kepada UMKM Jamu. Dengan dilakukannya kegiatan ini kami berharap Bu Kar dapat menerima pelatihan desain yang sudah dipaparkan oleh kelompok 103.
Penulis: Kelompok PMM 103 Gelombang 5 2024
Editor: Abdul Khair