Filosofi Nrimo Ing Pandum, sebuah ajaran bijak dari Jawa yang sangat populer, menekankan sikap penerimaan terhadap segala kejadian. Meskipun banyak yang menginterpretasikannya sebagai pandangan positif terhadap kehidupan, muncul pertanyaan tentang dampaknya bagi mereka yang hidup dalam kemiskinan.
Filosofi ini, pada dasarnya, mengajarkan untuk menerima segala kondisi tanpa menuntut lebih, namun bagi mereka yang terjebak dalam kemiskinan, hal ini dapat menjadi destruktif. Kemiskinan tidak hanya terbatas pada keterbatasan ekonomi; itu juga menjadi penjara sikap pasif yang sulit untuk ditinggalkan. Sikap pasrah terhadap apa yang sedang dialami menjadikan mereka yang terjebak di kemiskinan sulit untuk keluar dari zona kemiskinan.
Sementara bagi individu yang hidup dalam kondisi stabil, filosofi ini mungkin membantu menghadapi tantangan hidup dengan tenang, penerapannya mungkin tidak sesuai atau bahkan merugikan bagi mereka yang berjuang melawan kemiskinan. Terlalu banyak penekanan pada penerimaan tanpa upaya untuk perubahan aktif dapat mengakibatkan kelalaian terhadap potensi perbaikan. Oleh karena itu, perlu dicatat bahwa filosofi ini dapat memberikan manfaat yang berbeda pada setiap individu tergantung pada konteks dan kondisi kehidupan mereka.
Mendalami makna lebih dari Filosofi Nrimo Ing Pandum, penting untuk mempertimbangkan peran tanggung jawab sosial dan dukungan kolektif. Apakah melalui pembangunan masyarakat atau bantuan sosial, upaya bersama untuk menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan dan perubahan positif dapat membantu mengatasi dampak negatif filosofi ini bagi mereka yang hidup dalam kemiskinan.
Kemiskinan dalam Konteks Teori Piramida Maslow
Teori hierarki kebutuhan Maslow menjelaskan bahwa seseorang perlu memenuhi kebutuhan fisiologis terlebih dahulu sebelum mencapai tingkat kepuasan diri yang lebih tinggi. Bagi mereka yang berjuang memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal yang layak, atau akses kesehatan yang memadai, sulit untuk mencapai tahap aktualisasi diri. Kemiskinan, dengan demikian, menghalangi mereka dari mencapai impian atau potensi diri mereka.
Sederhananya, agar dapat mengembangkan potensi diri.Cukuplah sulit ketika seseorang masih sibuk untuk memenuhi kebutuhan fisologis berupa makan, lalu pertanyaanya, sampai kapan seseorang tidak sibuk memikirkan kebutuhan fisiologis dan bisa memulai pengembangan potensi diri?
Teori ini menyoroti bahwa kebutuhan seperti makanan, tempat tinggal, dan akses kesehatan yang memadai harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum seseorang dapat berfokus pada tahap aktualisasi diri. Bagi mereka yang terjebak dalam kemiskinan, mencapai impian atau potensi diri mungkin menjadi tantangan yang besar karena perhatian utama mereka terarah pada pemenuhan kebutuhan dasar.
Oleh karena itu, kemiskinan tidak hanya menjadi penghalang nyata terhadap kebutuhan dasar, tetapi juga menghambat perjalanan individu menuju pengembangan potensi pribadi dan berkontribusi pada masyarakat secara maksimal.
Tidak cukup hanya nerimo ing pandum
Menjalankan kehidupan dengan berpasrah sebab memahami filosofi nrimo ing pandum adalah yang kurang tepat. Sebab, terdapat filosofi jawa yang lain yaitu “makaryo ing nyoto” atau bisa di artikan bekerja secara nyata. Jadi, sebelum seseorang menggunakan filosofi nrimo ing pandum perlu menerapkan filosofi makaryo ing nyoto. Ikhtiar atau usaha dulu baru Ikhlas terhadap hasil. Dengan demikian, filosofi ini tidak hanya menjadi penerimaan, tetapi juga menjadi pendorong untuk melakukan tindakan nyata.
Selain itu, dalam menjalani kehidupan perlulah juga untuk menjaga keseimbangan antara penerimaan dan usaha nyata, terutama bagi mereka yang terjebak dalam kondisi ekonomi yang sulit. Filosofi Nrimo Ing Pandum seharusnya bukanlah hambatan bagi mereka untuk meraih impian atau mengubah kondisi hidup mereka. Penting untuk menemukan solusi proaktif yang dapat membantu mereka keluar dari lingkaran pasifitas dan kemiskinan.
Oleh karena, itu marilah kita berpikir lebih dalam tentang dampak filosofi tersebut, terutama bagi mereka yang hidup dalam kemiskinan. Dengan memahami bagaimana penerimaan pasif dapat menjadi hambatan, kita dapat mencari solusi untuk membantu mereka meraih potensi penuhnya.
Penulis: Zakiyuddin M. Hafidz
Editor: Abdul Khair