Melalui pengenalan, edukasi, dan implementasi calming corner, Kelompok 12 Gelombang 7 PMM UMM, dipimpin oleh Mahasiswa Psikologi dengan Bapak Muhammad Fath Mashuri, S.Psi., M.A. sebagai dosen pembimbing, melaksanakan program pendampingan tumbuh kembang anak. Program ini bertujuan meningkatkan pemahaman dan pengelolaan emosi anak serta menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung (28/02/2024).
Kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) ini adalah untuk mengaplikasikan Hilirisasi hasil Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kegiatan pengabdian kali iniberlokasi di TK ABA 36, Desa Tulusrejo, Kota Malang, dilakukan oleh Kelompok 12 gelombang 7.
Kelompok 12 Gelombang 7 PMM UMM, terdiri dari Mahasiswa Psikologi yakni Azzahra Salwani, Riris Ayu Artika Sari, Indri Awy Prathiwi, Fellania Dwinanta Puspitasari, dan Nadia Saskia Putri. Kelompok tersebut dibimbing langsung oleh Bapak Muhammad Fath Mashuri, S.Psi., M.A. selaku dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Serangkaian program terkait pendampingan tumbuh kembang anak telah dilaksanakan selama masa Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa yakni mulai tanggal 19 Januari 2024 hingga 17 Februari 2024. “Salah satu program unggulan dari kelompok kami adalah regulasi emosi murid yang dimulai dari pengenalan emosi, edukasi terkait teknik regulasi emosi, dan pembuatan calming corner” ujar Azzahra sang koordinator kelompok 12.
Mahasiswa kelompok PMM 12 memulai program regulasi emosi pada anak usia dini dengan mengenalkan emosi anak lewat mewarnai dan menggunting, sehingga menjadi gambar yang akan mengenalkan anak pada berbagai ekspresi emosi mulai dari senang, sedih, takut, dan marah.
Setelah selesai semua murid diminta menunjukkan ekspresi dari berbagai emosi yang disebutkan oleh Mahasiswa PMM. Semua murid menyatakan kesenangannya dapat melihat ekspresi wajah yang berganti-ganti dari gambar yang diwarnainya.
Kegiatan selanjutnya adalah pengenalan cara meredakan emosi negatif yang mengganggu. Cara yang dibagikan oleh kelompok PMM adalah mengatur pernafasan menggunakan pembayangan objek seperti menghirup bau makanan dan meniup balon, mencari tempat nyaman dan aman untuk menyendiri yang diibaratkan seperti serigala, bersiul atau menggumamkan lagu kesukaan seperti seekor burung, serta memeluk atau bercerita kepada orang tersayang seperti koala.
Selain itu, kelompok PMM juga meminta murid bercerita penyebab emosinya muncul, para murid berbagi mengenai pengalaman emosinya dengan antusias. Suara demi suara saling bersahut memenuhi ruang kelas yang cukup luas ini, “Anak-anak disini kalau untuk urusan bercerita memang paling juara” ucap Miss Eka, salah satu guru di TK ABA 36 ini.
Anak usia dini masih belajar mengenali dan menangani emosinya, edukasi terkait regulasi emosi tidak cukup hanya sekali atau dua kali diterangkan kepada anak, diperlukan budaya yang memahami dan memvalidasi emosi anak. Lahirlah calming corner sebagai upaya Kelompok 12 Gelombang 7 PMM UMM untuk menciptakan lingkungan yang membantu murid menghadapi setiap emosi yang dirasakannya di sekolah.
Calming corner telah diterapkan pada beberapa tempat pendidikan untuk anak usia dini di luar negeri, yang bertujuan memberikan muridnya ruang sendiri untuk ber-dealing dengan emosinya. Calming corner ibarat pelabuhan bagi murid untuk berhenti dan mengelola emosinya, hingga kembali mampu beraktivitas dalam keadaan yang nyaman.
Calming corner merupakan tempat nyaman yang terdiri dari poster zona emosi dan teknik mengatur pernapasan, serta wadah berisi mainan seperti alat musik ritmis dan sensory toys.
Bukan dengan tidak memperbolehkan murid menangis, bukan dengan tidak menvalidasi perasaan murid, bukan dengan memarahi murid untuk diam, tetapi dengan memberi murid ruang dan waktu untuk mengenali dan belajar menghadapi emosinya dengan cara yang terbuka.
“Untuk harapannya agar upaya kami untuk mengedukasi terkait regulasi emosi kepada murid di TK ABA 36 ini dapat terbawa ke lingkungan mikro lainnya, seperti dalam keluarga, pertemanan, ataupun pada jenjang pendidikan murid selanjutnya. Dimana murid tidak hanya mampu memahami emosi yang Ia rasakan, tapi juga mampu memahami emosi yang dimiliki orang lain, sehingga akhirnya murid dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih peka dan berempati untuk sekitarnya” ujar Riris salah satu anggota dari kelompok 12.
Penulis: PMM kelompok 12 gelombang 7 tahun 2024
Editor: Abdul Khair